Ada banyak contoh kecelakaan kerja di laboratorium, beberapa di antaranya seperti:
- Kebakaran
- Keracunan bahan kimia berbahaya
- Keracunan gas kimia berbahaya
- Terkena zat kimia yang korosif (merusak kulit)
- Korsleting listrik
- Terkena pecahan alat gelas
Untuk lebih rinci mengenai kecelakaan kerja dan ara mengatasinya, silakan baca artikel ini sampai selesai.
Jangan lupa juga share kepada teman-teman kamu, mungkin mereka membutuhkan.
Kasus kecelakaan kerja di laboratorium
Kecelakaan kerja bisa terjadi di mana saja, termasuk dilaboratorium saat melakukan penelitian, praktikum dan pekerjaan lab lainnya.
Menurut kamusbesar.com, kecelakaan adalah adalah benturan atau sentuhan dari benda keras atau benda cair (kimiawi) atau gas, atau api yang berasal dari luar, terhadap badan seseorang, yang mengakibatkan kematian atau cacat atau luka, yang sifat dan tempatnya dapat ditentukan oleh dokter.
Beberapa contoh kasus kecelakaan kerja di laboratorium antara lain:
- Kebakaran
kecelakaan kerja berupa kebakaran di laboratorium biasanya disebabkan oleh zat kimia yang mudah terbakar (flameable) atau zat kimia yang bersifat mudah meledak. Ammonium Nitrat (NH4NO3) contohnya.
Zat ini mudah meledak. Jika salah penanganan selama melakukan praktikum menggunakan zat ini maka kemungkinan terjadi ledakan atau kebakaran juga besar.
Untuk menanggulangi kecelakaan kerja berupa kebakaran atau ledakan, maka semua mahasiswa atau siswa atau praktikan harus mengetahui terlebih dahulu zat apa yang sedang digunakan dan sifat dari zat tersebut.
Ini sebabnya kenapa sebelum masuk laboratorium perlu untuk dilakukan pretest. Setiap laboratorium juga harus memiliki alat pemadam kebakaran atau APAR dry chemical powder. - Keracunan bahan kimia berbahaya
Kok bisa terjadi keracunan bahan kimia berbahaya selama berkeja di laboratorium? Apakah zat kimianya dimakan?
Ternyata keracunan zat kimia tidak selalu melalui mulut (tertelan). Keracunan dapat juga terjadi karena tubuh menyerap zat kimia melalui pernafasan atau kontak lewat kulit.
Zat beracun ini, umumnya setelah kontak maka beredar ke seluruh tubuh atau menuju organ-organ tertentu, misalnya ke hati, paru-paru dan organ lainya. Selain itu dapat juga terakumulasi di darah, tulang, hati dan menimbulkan efek jangka panjang.
Untuk menanggulangi hal ini, selain harus paham sifat dari zat kimia, semua praktikan juga harus menggunakan APD atau alat proteksi diri seperti jas lab dan masker. Jas laboratorium ini harus selalu digunakan selama berkerja di laboratorium.
Lebih lanjut tentang jas laboratorium, kamu juga harus paham syarat jas lab yang baik. Baca postingan kami tentang syarat jas lab yang baik dan jika membutuhkan jas lab dalam jumlah banyak atau satuan, silakan menuju ke grosir jas lab. Jas lab yang kami produksi berkualitas dan telah digunakan di berbagai kampus di seluruh Indonesia. - Keracunan gas kimia berbahaya
Sama seperti poin 2 di atas, zat kimia yang menimbulkan gas berbahaya juga ada banyak, misalnya gas asam klorida atau gas pelarut non polar. Jika terhirup dapat merusak saluran pernafasan sampai ke paru-paru.
Keracunan gas kimia berbahaya di laboratorium dapat ditanggulangi dengan melakukan pencampuran bahan berbahaya di lemari asam. Lemari asam ini dapat menyerap gas beracun sehingga resiko terhirup sangatlah kecil.
Praktikan juga harus menggunakan masker jika melakukan percobaan yang berkaitan dengan zat kimia penghasil gas berbahaya ini. - Terkena zat kimia yang korosif (merusak kulit)
Korosif adalah sifat suatu yang dapat menyebabkan benda lain hancur atau memperoleh dampak negatif. Korosif dapat menyebabkan kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh seperti mata, kulit, sistem pernapasan, dan lain-lain.
Contoh zat kimia yang korosif antara lain asam sulfat, asam astetat, asam klorida dan lain-lain.
Untuk mengatasi ini, praktikan harus selalu berhati-hati saat bekerja di laboratorium. Minimalisir bercanda dan berbicara selama melakukan kerja laboratorium. Jas lab juga berguna untuk proteksi diri dan pakaian dari zat korosif ini. - Korsleting listrik
Bekerja di lab juga memiliki resiko korsleting listrik. Sebagian besar alat laboratorium menggunakan sumber listrik untuk bisa berfungsi, baik alat lab yang besar maupun yang kecil.Contohnya alat sentrifugal, alat timbang, kromatografi, dan alat-alat lainnya.
Zat kimia ada kemungkinan tumpah di meja lab. Zat kimia ini juga ada kemungkinan mengena kabel-kabel alat lab tersebut. Resiko korselting listrik juga ada selama bekerja di laboratorium.
Untuk itu, kebersihan meja lab juga penting. - Terkena pecahan alat gelas
ALat gelas seperti labu alas bulat, erlenmeyer, tabung reaksi dan alat gelas lain biasa digunakan selama melakukan percobaan kimia. ALat-alat ini bisa saja pecah yang pecahannya dapat berbahaya bagi kulit.
Untuk menanggulangi ini, selalu siapkan kotak P3K di laboratorium.
Sebutkan tujuan pertolongan pertama pada kecelakaan di laboratorium!
Kecelakaan bisa saja terjadi di laboratoium yang contoh kasusnya sidah dijelaskan di atas. Apabila terjadi kecelakaan kerja di lab, perlu dilakukan pertolongan pertama pada kecelakaan.
Ada beberapa contoh pertolongan pertama pada kecelakaan di laboratorium, misalkan dengan membawa praktikan yang terkena gas berbahaya ke udara terbuka dan memberi minuman antioksidan tinggi seperti susu contohnya.
Contoh lain dengan mengalirkan air dingin saat kulit terkena zat korosif atau saat terkena luka bakar.
Memberikan antiseptik seperti betadine saat kulit terkena pecahan kaca juga penting untuk pertolongan pertama pada kecelakaan terkena pecahan alat lab berupa kaca.
Tujuan dari pertolongan pertama pada kecelakaan laboratorium ini adalah untuk merawat pasien agar luka tidak parah atau tidak kehilangan jiwa. Karena tujuannya yang penting, pemahaman terhadap pertolongan pertama ini wajib dikuasai. Perlu ditempelkan juga poster-poster di laboratorium tentang P3K.
Kesimpulan
Kecelakaan kerja dapat terjadi di mana saja, termasuk di laboratorium. Untuk itu setiap praktikan harus selalu paham langkah-langkah kerjanya dan paham sifat dari zat kimia yang digunakan dalam percobaan.